Senin, 06 April 2009

A shade of past: Lydia Lunch, way before Courtney Love there was her (PART 4 end)

Bagian 4


Selama tahun 1990an Lunch mendedikasikan energi kreatifnya dalam spoken word dan akting. Dia telah mengatakan dia memilih sifat langsung dari spoken word daripada bentuk seni lainnya yang telah dia eksplorasi. Trouser Press menandai bahwa "seberapa pun berbisanya lirik lagunya yang disa tercapai, [spoken word] format ini mengijinkan nya untuk mengambil langkah lebih jauh ke depan. kadang cerdas, lebih sering menyerbu dan tanpa henti , Ia melisankan observasinya tentang seks, kematian, Nilai - nilai kaum kelas menengah, dll., dengan gairah nihilistik , namun tiada pernah menawarkan poin - poin yang saling bertautan:" Semua yang ada di dunia ini payah,hanyalah sampah belaka."

Lunch menandai dalam wawancara dengan Jazziz, bahwa musik butuh untuk terus berubah untuk menjadi relevan. "Satu - satunya musik yang paling relevan saat ini, adalah musik yang secara sadar mengaburkan batas antara genre dengan niat untuk membuat sebuah bentuk lain. Kita tak perlu lagi jazz, rock, rap, pop, punk, atau soul," Lunch berkata. "Kita butuh bentuk mutant yang diperkaya oleh berbagai hiasan dan tambal sulam dari kawin-silang antar genre."

Arus baru materi tulisnya juga diterbitkan pada awal 1990an. Paling dikenal,adalah buku Paradoxia: A Predator's Diary, diterbitkan 1997. Tulisannya yang diterbitkan juga termasuk beberapa novel grafis dan konmik, seperti Toxic Gumbo dan Bloodsucker. satu - satunya usaha bermusiknya dalam dekade ini adalah EP pada tahun 1990 dengan Rowland S. Howard (ex-Birthday Party), dirlisi pada 1991.

Karir aktingnya pada dekade ini, Lunch terutama bekerja dengan Scott B and Beth B, pasangan pembuat film dijelaskan oleh Time's Richard Corliss sebagai "bekerja dengan New York new wave underground sejak the pertengahan 70an, direkam dan disorot pada Super 8 stock dan menayangkan hasilnya di klab malam punk ." Corliss tidak banyak berkata, terhadap penampilan Lunch. Ia menemukan bahwa karyanya dalam Vortex "tak sepadan" dan menandai "Keprimitifan Lunch seiring usahanya menghafal barisan kata - katanya."

Pada awal 2000an, Lunch mulai mengembalikan artistic focusnya pada musik. Ia melanjutkan tour, paling berkesan adalah saat mendukung Champagne, Cocaine and Nicotine Stains, sebuah EP karyanya dengan grup Anubian Lights. Ia meneruskan touring sepanjang musim semi 2004, ketika ia diundang untuk perform di Russia. disamping output produktifnya , kritikus telah anti dan malas untuk menyambut Lunch sebagai apapun lebih dari agen provokasi yang artistik. Seperti saat Ros Wynne-Jones mengobservasi dalam the Independent, "Kecuali dalam lingkaran hitam, Lunch sekarang utamanya sebuah catatan kaki dalam biografi orang lain.


Selesai

artikel ini
Oleh Linda Dailey Paulson
MusicianGuide

diterjemahkan oleh
S Abu Jammal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggal komentar,ciuman,sentuhan dan Paksaan!!!