Kamis, 30 April 2009

skema efek: dr.Wisnu Laksmana, Velvet Heaven


nama : Wisnu Laksmana
nama gaul: "gak aneh2"
band : Velvet Heaven dan side project Fading vision
efek : ZOOM G21U,,ZOOM GFX4 (semua multi)
gitar : Fender Stratocaster USA



ketika saya duduk di kelas 5 SD,,guru saya pernah bertannya
"apa cita2 kalian kalo sudah besar?"
saya jawab jadi astronot,,lalu teman dibelakang saya juga
menjawab "jadi DOKTER",,jawaban yg Arogan tanpa menilai
dari sisi biaya yg akan dikeluarkan bapaknya,,dan bapaknya
juga bermaksud investasi jangka panjang untuk masa tua.nya
kalau2 sakit keras gak perlu bayar,karena anaknya dokter!!!
analogi yg ceroboh,,dan mendekati simbiosis mutualisme!!!

dalam kasus ini lain cerita dg yg diatas
terdapat seorang anak yg bercita2 jadi dokter
namun masa kecilnya telah teracuni musik ROCK,,
tidak seperti calon dokter yg lain,telinganya
terisi dg orkestra bertaraf Beethoven,Mozart,ato sejenisnya.
dokter itu bernama Wisnu Laksamana gitaris dari band bernama
Velvet Heaven, sebuah band noise rock dari surabaya,yang hampir semua personilnya anak kedokteran unair dan yah sekarang udah jadi dokter semua.Biasa memakai topi jerami seperti luffy one piece.
Dr.wisnu seorang dokter yg merangkap menjadi
seniman/musisi,cukup memberikan angin segar kepada musisi2 yg
bekerja dibidang yg gak mungkin jadi musisi,(untk semangat kawan2)
ok kita mulai saja review ttg skema gitar,,cukup basa-basinya!!

dr.wisnu memakai jasa multi efek sebagai variasi sondnya,,
mulai dari distorsi,,modulasi,,boster,,dll.
ZOOM G2.1u memliliki karakter suara yg hampir mirip dg analog,,
doi selalu memodulasikan part lagu,,dengan tremolo,flanger,wah,Delay,
dan reverb yg berlebihan,,hampir semua modulasi terpakai semua,,
membuat nuansa sound menjadi hampa,,
kemudian nitip salam ke gelap dan kelam,,hahahahaaa..fak,,
namun belum sampai akut & buntu,,yg bikin geger ini adalah
distorsinya yg dibeber tanpa segan dengan keadaan terlucuti,,
dalam artian distorsinya crunch banget,,setelah saya cari tau biang keladinya
ternyata Fender strato USA menjadi tersangka atas konspirasi setan ini.
Harmonisasi nada yg simple,,dibuat rumit dg modulasi dan distorsi
Cek saja Pada lagu “panic nation”(VVH) saat doi memasukkan dist serta whammy,,
Terlihat bertele-tele ala rayuan seorang dokter yang kemudian hanya bertujuan
Untuk membius korban,,dinamis dan licik,,hahahahahaha….fak
,,licknya lebih ke postrock & alternative rock Tak terpatok pada genre tertentu,,
Untuk lebih jelasnya mari saya antar kalian ke skema FX pak Dokter…



PS:Akan lebih diterima jika mbayar biaya pengobatan pake efek ato ampli.

info: S.A Jammal
tukang tipu: M.Santai

Riot After School at Magnetz Zone Cafe







Kamis 30 april 2009.
Akhir bulan yang baik untuk diakhiri dengan sebuah gigs.Dengan Talent seperti Silly voice, Titik Koma, Judas Is Chariot, Xelvios, Dino Bandits,Climaxeth, Looserpants,Athenian,Electric Nation,Cas dan guest star Chicken Shit Flower dari palembang dan The Morning After dari malang,sebuah addition yang menarik mengingat semua yang mengisi memainkan melodic punk,death metal dan punk.
Toh kami tidak mempermasalahkan ini.
Langsung saja talent pertama dari Athenian sebuah serbuan metal yang rapid,sedikit math namun dengan polesan yang rapi.
Berikutnya Looserpants,dengan formasi 3 anak ala macam Motion City Soundtrack, sedikit terdengar seperti ekses dari mendengarkan Pee Wee Gaskins dan Disconnected.Ditambah sedikit effort mereka memasukkan unsur electric seperti yang dilakukan PWG,namun sayang vokal kurang terasah,dan terlihat mereka seperti sedikit nervous. Usai Looserpants dilanjutkan CAS, satu lagi gempuran death metal tak jauh beda dengan pembuka acara,namun terdengar begitu epik,seperti Lamb Of God dengan kapasitas lokal.Berlanjut di sesi berikutnya Electric Nation, once again musik rock kekinian, screamo ala alesana, dengan sedikit growl yang yah apa sih istilahnya saat ini... yah "screamo".Lumayan, eksekusi yang rapi dan vokal sangat acceptable,sedikit mengingatkan dengan red jumpsuit apparatus dan story of the year.
Btw beruntung lokasi magnetzone mempunyai fasilitas wifi sehingga saya bisa langsung mereview dari sini dan well sedikit gangguan celaan - celaan teman - teman SMA di belakang saya yang sama sekali tidak mengenakkan kuping,tapi tidak apa - apa semua orang berhak atas mengemukakan pendapatnya.
Walaupun begitu masih banyak juga teman - teman SMA di depan yang menonton di depan untuk memberikan support band temannya ataupun memberikan apresiasi.
Talent selanjutnya Climaxeth, sedikit suprising, death metal, dengan vokal cewek, dan maen tatabuhan yang mengocok otak,a bit like walls of jericho,but nah,ada sedikit irama jazz disini ,kurang rapid sih attacknya tapi cukup mengocok otak.Tak terasaa break maghrib tiba.Semua dimatikan dan orang - orang pun beranjak ke masjid dan mushalla terdekat.

Saatnya pun tiba kembali ke kebisingan, Xelvius mengawali serangan senja ini dengan metal core,rapid,begitu rapid dan rapi.Sesekali ada dendang merdu emotive.Dilanjutkan dengan pengumuman ulang tahun sugenk.APAAA!?...YA Sugenk NO ENTRY,tokoh yang satu ini sudah lama malang melintang di blantika musik surabaya,jadi pantaslah ucapan ulang tahun kita ucapkan padanya,dan seketika itu pula sisa acara dipandu oleh Sugenk.Dilanjutkan Penampilan Dino Bandits,sedikit memakan waktu check sound,oh bukan,ternyata gitarnya kurang,tapi tidak mengurangi rasa penasaran saya akan sound mereka dan ya saatnya tiba,ternyata masuk ke telinga saya irama Hardcore Punk bertubi - tubi.dengan lagu - lagu yang berdurasi lumayan juga untuk ukuran Hardcore Punk, yang biasanya padat singkat jelas.Band selanjutnya Silly Voice, yang baru saja mengeluarkan single yang beritanya rekaman di studio milik eri soekamti,salah satu personil Endank Soekamti.Kali ini mereka membawakan lagu mereka dengan rapi dan vokal yang pas,sebuah kemajuan dan ini melodik punk yang tidak main - main,begitu melodik dan 4 lagu sudah cukup memuaskan adrenalin saya,walaupun ada kendala sound bass yang tenggelam .The Morning After, tampil sebentar membawakan 3 lagu,heartfelt seperti biasanya,kendala sound dari penampil sebelumnya tidak memberikan dampak besar bagi mereka,tetap memukau penonton.Judas Is Chariot kembali menaikkan tensi show hari ini,dengan metal corenya,gempuran ciamik nian.Dilanjutkan Titik Koma dengan rapid Death Corenya,membawakan lagu-lagu dari Recode The Revelation yang kontroversial itu.Penampilan selanjutnya Chicken Shit Flowers dari palembang, band punk dari palembang,atau yang saya lihat dari laman - laman di google yaitu PalemPunk, intro lagu terdengar begitu progresif, kelihatannya drummernya punya stamina tinggi,dan benar lagu mereka begitu melodik dengan attitude street punk,sedikit mengingatkan saya pada NOFX dan PennyWise dan mungkin lebih rapid lagi,lagu ketiga,begitu menyentak membuat saya bangun dari tempat saya duduk.Damn! they're good! disusul lagu selanjutnya yang begitu terdengar penuh dan solid,rupanya pilihan efek mereka tepat hari itu. Akhir acara pun tiba semua pulang dengan tenang,tapi gigs hari ini begitu berkesan,acara yang ramai dan berbayar pula,sebuah kemajuan bagi surabaya tercinta.Dari Magnetzone jalan Pandan nomer 5,
FRIENDZINESBY signing out.



By Sekte.Abu.Jammal

Kamis, 23 April 2009

interview : Band to Label

InterView
Oleh : Husein “Hay” (Ex.Gitaris TIC Band – R.I.P)

husein hay dulunya gitaris dari TIC band,,band dari surabaya
yg pada saat itu mampu membius pasar musik lewat single berjudul
"Terbaik Untukmu",,nama tic band mulai dapat sejajar diera 2000-an
dengan sheila on7,/rif,Jikustik,Edane,Pas Band,Naif,element,DLL.
meski tic band jarang muncul,bukan berarti tic band bubar kata ogie(voc),
satu persatu personil tic hengkang termasuk husein,setelah lama gk ada kabar
(koyok wong ilang ngono),di awal 2007 mulai beredar bahwa husein membentuk band
lagi bernama "hay"......dimulailah percakapan damai ini......



===========================================
moro..moro...cling..chat nang FB..

Husein: baik tah,,mir gimana bandmu?
Amir : wah artis rek,,minta tanda tangane po’o tis!!!
Husein : minta jenglot aja dia artisnya artis (jenglot,name of human)
tetep ama smell street kan?
Amir : ya boss!!!
aku liat kamu pegang piano skrng di vid.clip “hay - tak usah”
Husein : nggak tetep gitar cuman di lagu itu aja aku main piano

Amir : hay gak tour keliling kota,,Promo album gitu?
Husein : masih di jabotabek kemaren dah beres ke kalimantan
Amir : kapan nang sby rek? aku bantu pawang ujan wes!!!!
Husein : Belum,,tapi secepatnya!!hahaha…taeeeekkk!!!

===========================================

===========================================

Husein : keep on your way every litle thing is gona be alright
Amir : liriknya sapa tuh kok pernah denger!!
Husein : campur sari

Amir : ya ini cuman requez aja boss,bikin lagu cinta tapi
Liriknya ”Kejam”,,boleh gak ya kira2 sama produsernya?
Husein : boleh2 aja sih tapi buat pasar indonesia harus pinter2
ngemasnya biar ngerti orang indonesia kususnya yang beli bukan
yang download itu orang desa yang nggak ngerti apa2

Amir : Good Poit tuh!!
Husein : semua orang harus punya idealisme and standart
untuk menentukan sikapnya baru bisa dikatakan hidup kalo nggak ngapain hidup

Amir : siip lah,,kamu kan udah beberap kali masuk major label,,
itu prosesnya gimana sen? bagi info lah…..
Husein : ya…try and error sering ditolak juga,,tapi tetep coba terus!!!

Amir : lalu kok bisa masuk juga,,
apa direvisi dulu lagu2nya atau gimana,,masih buta soal itu?
Husein : hmmm…mungkin idealismenya di buat lebih realistis,,
maksudnya tetep dengan style mu nggak harus jadi
ST-12 cuman yang masih mudah diterima ama orang banyak,,
Khususnya orang Indonesia.

Amir : mungkin itu alasannya band2 bikin lagu easy listening??
Husien : bisa dikatakan demikian!!!

Amir : band2 kan perlu label,,promosi,,dll,,kira2 kita akan masukkan kemana?
Husein : banyak label 2 nggak harus label yang gede yang penting promosinya jelas

Amir : rekomendasi label dong?
Husein : Palu musik pay baru bikin label tempat band,,lagi cari artis!!!

Amir : lirik harus indonesia ato inggris?
Husein : campur aja…….

Amir : kalo mengenai,,biya record,,pembuatan video clip,,
siapa yg biayai kita atau label?
Husein : sistemnya macem2
1.bisa titip edar
2.join
3.full sighn
Husein : kalo yang
1.semua biaya sendiri label sekedar jual jasa promosi
2. join bisa master punya band and dia yang pegang promosinya
3. master di bayarin ama dia plus promo dari dia

===========================================

===========================================

Amir : kabar2 dari temen2 klo produser berperan buat membelokkan
lagu original kita,jadi jauh dari yg asli,,bener gak itu?
Husein : nggak semua itu produser yang “Goblok” fungsi produser itu
mengawasi kualitas produksi sebuah album bukan mengkebiri sebuah band

Amir : pertanyaan terakhir,,apa pendapat anda tentang pemilu
2009,,yg calegnya hampir semuanya gila,ketika gak kepilih?
Husein : pemilu 2009 terkesan maksa and gampangan banyak orang2
nggak jelas muncul jadi caleg buktinya banyak yang nggak
kuat mentalnya orang yang besar itu orang siap menerima
kekalahannya dan terus berusaha untuk mencapai keinginananya
bukan jadi stress cuman gara2 nggak kepilih

Amir : kata2 terakhir untuk pelecut semangat band2 sby...
Husein : musik itu 1... media yang mengkotak 2 an jadi banyak aliran, jadi pikir sendiri mau jadi musisi atau orang media

Amir : Makasih berat sin??salam buat produser yg goblok2!!!
Husein : siip sama2,,salam buat Batoti kalo ketemu..
===========================================

===========================================

info : percakapan melalui chat di "FaceBook",
memakai browser "mozila fire fox" versi terbaru,
Cari link download'nya dari "google",
trus di save pake "Ms word 2003",kemudian
diupload di warnet("ampNET" - punya kakaknya fendik),
selesai(trus rokok'an "pall mall").

(tak ada pendistorsian kata2,cuman penFUZZankata2,hahaha...fak)

-M.Santei-

Minggu, 19 April 2009

INDIE = konsep, mental, dan ideologi

Oleh : Toni "TELAGA"
saran : Baca Sampai Tuntas,,Then make Comment

Teramat klasik dan monoton ketika kami harus membicarakan independent dari sudut pandang yang beragam. Independent (baca: indie) memang sebuah eskalasi konsep yang bebas merdeka ketika harus di tinjau dari sisi hafiah bahasanya, terlepas dari penerapannya. Seluruhnya adalah berakar dan bermuara pada konsep, mental, dan ideologi, 3 aspek penting tersebut yang harus menjadi pondasi pembangunan scene indie tersebut.
Independent adalah tidak terjamah oleh trend, dan murni sebuah idealisme tentunya, dan di belahan dunia manapun penjabarannya demikian. Adalah menjadi tanggung jawab bersama pelaku indie untuk melakukan pelurusan dan penterjemahan ideologi indie pada khalayak dan pada diri sendiri karena sadar atau tidak, benar atau salah indie kini adalah “komoditas” industri pelaku bisnis entertainment, koridor indie telah meleset jauh dari proses indie itu sendiri..kami tidak munafik terhadap trend, duit, dan popularitas dari perhelatan segala bentuk dan jenis entertainment, tapi kami menyumbangkan opini independent ini untuk pokok bahasan penghantar tidur…….
Kami disini hanya mampu menilik pada koridor musik, karena kami menjalankan dan pelaku musik. Coba kita mulai dari cerita pinggiran konsep pemahaman dasar dari siswa kelas II SLTP di sekolah yang tidak bonafide dan pinggiran kota lagi (yang hafal seluruh lagu D’Massive, kangen band, BBB, di tambah lagi mp4nya full dengan lagu dari band-band yang banyak di sentil Ryan pelor host Thursday Riot prambors Jakarta…hikihikik) , dia memiliki anggapan bahwa musik indie adalah musik yang tidak kebanyakan dan sulit untuk mendapatkan ketimbang untuk mendapatkan mp3 dari ST 12 dan Ungu, apakah jawabmu??....( malahan ada yang berpendapat indie itu wasting time, kalau ujung - ujungnya kepingin seperti peterpan atau lambofGod…sialan tuh anak…hehehe)
Pertama, mungkin ada benarnya anggapan ringan tersebut. Kita dihadapkan pada artikulasi mainstream dan komersilitas. Kita menghindar dari mainstream tapi tetap saja kita terjebak komersilitas melalui prinsip-prinsip ekonomi, adanya proses jual beli dan sejenisnya toh jika di kembalikan pada arti kata ya tetap aja komersil. Semuanya adalah mata rantai yang cukup jelas benang merahnya, serta ketika single dari explosions in the sky sebagai soundtrack film mainstream sama halnya explosions in the sky harus membuat materi yang layak dengar untuk keseimbangan jalannya proses penjualan yang saling menguntungkan serta kode etik pebisnis entertainment.
Ada kalanya pelaku indie mengemas tampilan mereka se “aneh” mungkin agar klaim dan image independent terpatri pada mereka sekalipun soul dari “kebebasan” masih tarik ulur dengan management dan pertimbangan eksistensi serta survival dari band. Mulai dari style, image, dan musikalitas yang di buat kurang “enak” di telinga sehingga khalayak menggangap kelaikan indie mereka mumpuni, upps…nah..ini sebenarnya 2 pandangan yang beragam. Kontradiksi banget ketika band “A” semisal mengkultuskan Radiohead sebagai influence “mutlak” musik mereka dan ternyata Radiohead yang disana adalah band mainstream di negerinya. Ironis memang ketika kita melihat teman - teman yang “seperti” Radiohead CD mereka hanya terjual 500 keping dan itupun teman sendiri yang membelinya, di tambah lagi perform mereka hanya di tonton segelintir orang, padahal Radiohead mungkin ketika perform di stadion Wembley London disesaki penonton dan tiket mereka sold out dan terbajak…wuff, ini pasti masalah kultur dan kuping kita…hiikz..
Barangkali pemahaman independent kita yang kurang dan belum sepenuhnya utuh, sehingga kita kerap terjebak media dan informasi, kita di buai iming – iming popularitas dan duit sehingga etika ber”indie ria” terkesampingkan, “chandradimuka” kita kurang sehingga kita “belum” loyal pada idealisme. Tidak satu dua band indie kita yang “wannabe” terhadap band influence mereka, sengaja mengonsep musik mereka se “Eropa” atau “Amerika” sekalipun dan ketika karya mereka tercipta ada sebuah kekurangan dalam pribadi kita karena kita di tuntut untuk seperti “mereka”, permasalahanya ketika publik menyadari dan mengetahui keberadaan band – band influence tersebut apakah mereka masih mau berapresiasi terhadap kita??, simple aja. Semisal telaga berinfluence “kuat” pada Paul Simon, apakah mereka mengakui keberadaan telaga dengan karya orisinil telaga sekalipun??... ataukah mereka lebih memburu mp3 dan berapresiasi pada Paul Simon karena mereka menggangap telaga adalah copycat dari Paul Simon. Nah…disini di butuhkan keterkaitan scene 1 dengan scene lainnya untuk saling support sehingga masing - masing band dapat survive di komunitasnya, betapa indahnya perbedaan dan kebersamaan. Contoh telaga itu adalah “miniatur” dari pelaku indie tanah air ini, tinggal bagaimana semua mencermati dan menterjemahkan contoh tersebut.
Teman - teman EfekRumahKaca (ERK) berupaya menyentil kondisi pasar musik kita yang memiliki tematik seragam(lagu cinta melulu…huhuh..hu..) sehingga tidak ada beda band 1 dengan band lainnya, tapi kita tidak bisa menutup mata pada teman - teman kita yang berkonsep indie tetapi ber ide dan tematiknya pun tidak ada bedanya dengan band - band yang di sentil efekrumahkaca ( lho..bukannya edson, copeland, blocparty, mum, dan explosionsinthesky juga ada banyak lagu cintanya….hehehe ). 2 jempol deh buat teman - teman ERK yang memberi “pelajaran” pada public (coba ajukan ke instansi terkait untuk meminta fatwa MUI bahwa mendengarkan lagu-lagu cinta adalah cengeng dan cemen, seperti ketika era soeharto, pak harmoko ketika menteri penerangan mencekal Betharia sonata dengan lagu hati yang luka sebagai lagu cengeng……wuakakakakakak, tapi ojok rek iku hak asasi, statement bung harmoko adalah cerminan persaingan dan perhelatan bisnis hiburan yang sangat…ya begitulah…hiiikz). Tematik tidak dapat di angkat sebagai absolute point untuk menetukan indie atau tidak, karena indie di mata kami adalah kebebasan yang mengakar. Kebebasan yang mengakar adalah kebebasan berpendapat dan berkarya, bebas dari rules tentang metode penjualan, prisip ekonomi, dan penentuan arah. Cepat atau lambat indie akan akan menjadi eksploitasi dari bisnis - bisnis hiburan tidak peduli apapun genre mereka ( lamb of God, pearljam, dan sepultura aja major label kok…wuakakak ), kita akan diperah untuk dapat menaikan rating penjualan, playlist infotainment(untuk menghias layer kaca menemani dewi perssik..hiiks, atau mengisi promo produk dan launching kosmetik dan bank sehingga memaksa adik-adik kita untuk tidak mengerjakan PR dan membolos sekolah hanya untuk lihat infotainment…hiikz), yang semua itu “bertolak” belakang pada idealisme teman - teman pastinya. Jujur, lambat laun kita akan dengan sadar “kehilangan arah”. Menjamurnya moment yang mengatas namakan indie di pelaku bisnis kapital, dan itu harus memaksa kita “mengakui” keberadaan pola bisnis tersebut yang memanfaatkan moment trend indie, ( kayaknya ini tidak perlu di jabarkan..toh kita sudah sama - sama tahu ntar malah menjadi anggapan kita mendeskriditkan hal tersebut ). Ada kalanya ketika kita berbicara tentang sebuah produk band indie atau tidak, kami sepakat dengan teman – teman di Blingsatan yang mengatakan bahwa indie adalah minoritas. Minoritas dari komunitas dan label dari produk band itu sendiri, kenapa ????........( hanya arif yang tahu jawabnya…hehehe)
Entertainment itu sama saja di belahan dunia manapun. Aturan – aturan baku dan “undang – undang” yang mengaturnyapun sama. Ungu, Peterpan, dan Nidji mempunyai managerial seperti halnya Beyonce, U2, ataupun Nirvana ( lain halnya dengan pendapat teman - teman VOX yang beranggapan “biar aja kami di anggap band mainstream kelak, wong sheila on 7 juga dulu sewaktu indie jogja di jamannya juga bukan band mainstream tapi sekrang mainstream kok…hehehe…setuju!!). Skala popularitas dan kesiapan mereka besar, mulai dari website resmi, riders, dan selebrasial yang di kemas secara professional dan elegan. Apakah hal itu sudah dan sedang terjadi pada teman - teman indie kita???....nah itu tadi sesuai apa yang di katakan oleh Blingsatan, skala minor label itu kecil, akan tetapi tetap saja memakai pola dan system managerial yang sama dengan yang tersebut tadi, so, bedanya hanya di besar dan kecil. Situasi tersebut prinsipil banget, tidak satu dua band indie yang mau “balik kandang” ketika mereka telah “besar” yang notabene di besarkan oleh komunitas mereka. Jangan kaget ketika sebuah EO amatir scene yang mengundang band indie untuk mengisi di event komunitas di sodorkan riders yang sangat “fantastis” nilai nominal yang di ajukan, tentunya sangat mencekik EO tersebut. Seharusnya kita jangan “kalah” dengan politikus yang pandai dan menggadang - gadang metode “politik kandang ayam”( mereka di besarkan oleh partai dan sepenuhnya akan di peruntukan partainya, semisal roadshow di luar kampanye dengan partainya, padahal politikus tadi telah menjadi pejabat penting yang telah terikat oleh protokoler ) yang tidak mematok harga untuk event partainya….hehe…tidak nyambung khan…. EO - EO amatir untuk menyewa sound dan perangkat band serta publikasi saja kadang sudah “senin-kamis” nafas mereka, itupun masih harus bertemu riders - riders band - band indie.
Sebesar apapun band indie tersebut harus faham grass rootnya, komunitas sebenarnya sudah cukup sebagai amunisi eksistensi kita, sumbangsih dan peran serta aktif mereka sangat terasa pada kita ketika kita bisa merasakan apa yang di rasakan oleh komunitas. Kehadiran mereka di gigs - gigs kita sekalipun di sudut - sudut distro, street gigs, dan sudut kota sekalipun, itu sudah sangat berarti bagi eksistensi sebuah band indie manapun. Seandainya ada penataran, symposium, atau dialog yang membahas indie dan independent selama 1000 jam pun tak akan menemukan hasil….hehehe ( sebab setiap orang kan cara pandangnya berbeda…huhu..uhh). Bagaimana pun juga kita juga harus memikirkan perut dan uang pulsa serta beaya rental studio (bagi yang tidak punya studio sendiri..hiiikz). Terserah saja the changcutters, the upstairs, dan superman is dead “di pinang” oleh major label, itu hak asasi mereka. Siapa sih yang mau membuang “kesempatan” (padahal perform, syle, dan musikalitas mereka banyak kita temui di event – event indie lho…nah..apa yang kakek bilang khan, mainstream atau tidak itu bukan ukuran indie atau tidak), tapi sebagai pertimbangan ideologi dan moral serta mental kita yang mengusung nama dan casing indie adalah tanggung jawab kita sebagai pelaku independent untuk berjalan dalam koridor indie secara hakiki…hiiiikkkzzz(sekalipun julukan “macan” ataupun “kadal” pensi-pensi SMU yang terus memaksa kita untuk memburu osis-osis atau sebaliknya).
Seideal apakah band indie seharusnya?? setidak komersil, non mainstream, dan se asing seperti Mars volta, the Datsun, atau God is an astronout???..,
atau se easy listening seperti Ungu, Kangen band, dan ST 12 tapi indie konsep terapannya??? (bayangkan jika ungu dkk merubah tematik lagu mereka tapi tanpa merubah musik mereka, kemudian mereka melangkah dengan cara-cara underground kemudian perform di street gigs dan di sudut-sudut distro??..bayangkan..). Ya sudahlah kami sudah jenuh dengan tulisan ini yang tidak ada ujung pangkalnya dan berputar – putar pokok bahasanya (seperti sinetron yang mengejar iklan dan rating penonton…hiikz).
Resapan dari tulisan ini andalah jurinya, kita semua sesama pelaku indie setidaknya bersama kita membangun kultur, dan scene musik lokal kita mumpuni dan berbobot. Kita tidak boleh berhitung tentang apa dan siapa kita, besar dan kecil kita. Tugas dan tanggung jawab kita mungkin memberikan porsi pemahaman yang cerdas kepada publik sehingga kita dapat di terima secara matang tentang apa dan siapa kita. Tulisan ini masih tambal sulam pengadaan referensinya, bersama kita belajar dan membangun scene.
Tulisan ini di tulis dengan penuh kesadaran, tidak sambil mabuk, atau like dan dislike. Di tulis dengan penuh pengharapan dan cita - cita, sebab landasan tulisan ini hanya semata - mata tanggung jawab kita bersama memikul dan membesarkan scene kita dengan hati, jiwa, waktu, duit, dan pemikiran…hiiikz. Paling tidak sebagai pemahaman kepada pemula agar mereka tidak salah kaprah terhadap indie dan pergerakannya ( minimal tidak di gunakan adik-adik kita sebagai trend belaka, sebagai tameng arek band indie untuk menunjukkan kepada cewek kelas sebelahnya yang di incar “ woi..ikiloh aku arek band-band’an indie!! Atau indie sebagai gaya-gaya’an untuk meyakinkan cewek incarannya. Hal atau kejadian tersebut harus kita minimilasir sedemikian rupa melalui tulisan busuk ini…hiiikz), Segalanya adalah kesempatan, segalanya adalah kebersamaan, segalanya adalah pemikiran dan kepedulian. Kami mohon maaf jika ada kata-kata yang menjurus SARA, dan pendiskreditan satu dengan lain. TUHAN mencintai independent dan kita semua. TUHAN memberkati kebersamaan scene independent kita. Bravo and cheers up..

Wassallam
info:
jam 3malam,tiba2 ada sms yg bertuliskan alamat blog,tercium seperti ancaman,namun setelah terbuka blog itu berisi tentang penjabaran diatas,yg menurut saya rasional,dalam hati(tumben toni kok sms macam ini,biasanya smsnya seputar alat2 elektronik yg akan dijual...hehehehehe...promosi kerjaan,,'realistis'),
untuk info saja,,Telaga adalah band indie yg pertama kali memberikan
demonya ke Prambors,,sahat sitorus sendiri yg bilang pada saya!!!!


link for 'Telaga'

-M.Santai-

Minggu, 12 April 2009

Friend dari seberang: The Porno


===============================================
4 Pemuda yang juga teman masa kecil dari Pondok Gede, Bekasi, Indonesia membentuk band dengan nama The Porno,sebuah nama yang provokatif namun efektif. Sebut mereka post punk,70's punk,mancunian ato apalah yang mengacu pada era tersebut,namun ketika anda mendengarkan mereka yang ada,kemuraman tiada tara dan penerjemahan influence mereka tanpa terdengar sangat mirip dengan influencenya,dari musik yang sparse namun juga dibumbui 90's noise guitar driven sound,sebuah sound dari dekade dimana mereka tumbuh..Berikut wawancara saya dengan mereka...

(D=Daniel,Y=Yanu,P=Pandu,B=prabowo/Bowo)

A:hallo salam kenal saya alfan dari friendzinesby,mohon perkenalannya satu - satu
The Porno: hallo alfan salam kenal juga, saya Daniel Hangga pada vokal, Yanu Fuadi
pada bass,Pandu Fathoni pada guitar dan Novianto Ariprabowo pada Drum.

Quest1:Oke langsung saja, Kapan dan dimana terbentuknya The Porno dan gimana ceritanya?

A: The Porno terbentuk pd mlm taun baru 2004 di pondok gede, bekasi. kita ber4 adl teman sepermainan sejak kecil. dipersatukan pertama kali dgn permainan sepakbola lalu berlanjut dgn musik ketika remaja.
===============================================

===============================================
Quest2:Mengapa The Porno dan apa latar belakangnya membentuk band dan mengapa memilih post punk sebagai identitas musik anda?

A: the porno adalah sbvg sarana apresiasi seni dlm diri masing2 personil aj. Post-punk? pd dasarnya kita ga pernah scr sengaja/berniat nge-set genre kita itu post-punk. kita hanya membiarkan semua mengalir. tp memang, kita bnyk mendengarkan dan mengambil referensi dr genre tsb.
===============================================
Quest3:Sebelum tergabung di the porno kalian masing2 ngapain atau ikut band mana berikut genrenya?

D:ivy penshop
P:ivy penshop, the panties, hotpants
Y:ivy penshop, the panties, the morring
B:ivy penshop, the panties, hotpants, the frogstomp
=============================================================================================
Quest4:Penampilan mana paling berkesan selama kalian di The Porno?

D, Y, B: Parc Thursday Riot.
P, Thursday Riot & Keep Indie Alive
==============================================
Quest5:Apakah pernah tersirat ketakutan akan respon pertama saat debut manggung kalian?

D:biasa aj
P:justru ingin cepat tampil
Y:lakukan aja
B:tidak
===============================================
Quest6:Misalnya kalian diberi kesempatan kembali ke masa lalu ke awal scene indie manchester..apa yang akan anda lakukan
A.Mencegah bubarnya klub hacienda milik Tony Wilson
B.Mencegah Bunuh dirinya Ian Curtis
C.Membiarkan semuanya sesuai sejarah dan menikmati masa2 kalian di masa itu?

D:c
P:c
Y:c
B:c
==============================================================================================
Quest7:Pernahkah kalian membayangkan jika interpol tak lagi disukai dan bloc party bubar dan eropa dan amerika bosan dengan post punk revival?Bagaimana nasib kalian?

D:tdk berpengaruh. the porno = the porno
P:gw ga pernah bayangin mereka tdk akan disukai lg. toh mungkin mreka jg ga peduli jg dgn hal itu. nasib kita mungkin kaya jikustik. hahaha.
Y:let it be aja. hidup kan kya roda. yg penting tdk kehilangan antusiasme.
B:main musik smp tua lah...
===============================================
Quest8:Pilih mana?
A.hidup untuk musik
B.Musik untuk menghidupi diri
C.Kerja formal sambil bermusik

D:c
P:a
Y:c
B:c
===============================================
Quest9:Apa kesan kalian tentang pengedar CD bajakan?Pahlawan keluarga di tengah krisis?atau penjahat yang perlu disadarkan?

D:yg pasti mereka ga masuk kedlm ke22nya.
P:yah mau diapain lg. terserah ajalah. gw mah seneng2 aja dibajak.
Y:buat bbrp alasan, mereka bs jg dibilang "penyelamat". hehe
B:mereka jg butuh makan mungkin ya? hehe
===============================================
Quest 10:Gimana ceritanya lagu "So It Goes" bisa jadi soundtrack film Radit dan Jani(salah satu orang aja)? gimana perasaannya (semua)?

seorang teman baik The porno iseng ngasih demo bbrp lagu kita ke orang Black Morse Records. bbrp minggu kemudian manajer kita ditelfon soal tawaran OST film itu. dan kita setuju. hmm kurang lbh begitulah.. perasaannya, kita senang2 aja. hehe.
===============================================
Quest11:Terakhir untuk anak2 surabaya yang membaca FriendzineSBY,Pesan apa yang bisa kalian sampaikan?ato titip salam ama siapa?

semua: enjoy,terima kasih untuk friendzinesby dan mungkin ada yg mau undang kita
main di surabaya? :)
semoga sukses selalu dan hidup musik swadaya. unite and take over!
oya ini alamat kita:
The porno
Jln. Gamprit I no. 42, Rt 003/014
jatiwaringin, pondok gede, bekasi 17411
===============================================

S.Abu Jammal

Jumat, 10 April 2009

skema efek - Angga EX . Others


nama: Angga pribadi utama
nama gaul: bonggel (hanya orang2 penting aja yg tau)
band: she is michael(R.I.P),,EX.Others,,solo player
efek: boss GT08,,Korg tone works,,ibanez distortion SM-7
gitar: epiphone casino

siang yang panas,datang seorang laki2 ke toko kaset di surabaya
dengan mata sayu kyk Thom Yorke,lagi mencari kaset Placebo,
ya itulah cikal bakal angga menjadi gitaris di band Others,
sebelumnya angga menjadi vocalis di band british bernama she is michael
dengan mengenakan rok wanita jika di atas panggung sambil memutar2 stand mic
menandakan ia teler berat dan dilanjutkan dg beauty vomit...hoekkk...hoekk!!!!!
tak jauh beda saat doi bersama band post rock bernama Others,ritual sebelum maen
tetep terlaksana namun kali ini lebih tertib,gak sampe' kesurupan arwahnya Jim morrison,doi suka dengan sound noise very much dengan reverb hall yang dibuat merdeka,distorsi cukup seimbang untuk ngejar tone,walau kurang kekejar dengan
gitar epiphone tapi cukup bijaksana,doi menggunakan delay secukupnya dan gak berlebihan seperti post rock biasanya,picking yang cukup matang untuk mengoyak2 senar nomer 2&3 dg gaya ngocok gitar favorit saya seperti memberi peringatan bahwa dg 1-2 senar bisa tercipta nada yg menyayat kerongkongan hati,untuk urusan style berpakaian dipanggung
doi juga jago,mengingat doi 'tukang jogo toko klambi' a.k.a store manager distro.
yang pasti penampilan aneh bonggel tak bakal kita jumpai lagi
sebab ia sudah keluar dari Others band post rock sby dg segala experimentalnya.
jadi mari kita bahas susunan efeknya aja,koleksi efeknya lumayan banyak karena doi pake multi efek jadi terlihat banyak,gede dan dowo-dowo pola'e

ini skemanya
gitar>>ibanez distortion>>tone works>>boss GT08>>ampli



info melalui percakapan yg rumit dengan
bonggel,,tapi sejauh ini angga orngnya
sopan,,sopan klo mabok hahaha....

M.santai

Kamis, 09 April 2009

skema efek - Versa nobodies

salam.
kali ini kita bahas tentang efek,,gitar,,dan skemanya.
tapi lebih ke individu,,siapa tau bermanfaat buat tambah referensi...


nama : Orlandinno Traversa Humaniora - VERSA
nama gaul: Keong,,komodo,tapir - (nama gaul itu di berikan karena dia mirip "itu",,menurut info dari teman2)
band : The Nobodies
efek : boss GE-7,,Digitech Screamin blues
gitar : Squeir Tele

karakter sound yg dia tembak adalah crunch era 75-79,,dengan sound yg tajam
namun minim sustain dan membikin perih telinga.
sejauh yg saya lihat doi kurang begitu suka dengan gain dan cara bermainnya
cenderung ke power chord,,jarang ada sayatan2 melodi mengingat posisinya lead guitar.
tempo cepat dalam memainkan chord,,skala blues,,punk rock n roll,,british sound.
karakter versa di atas panggung boleh dibilang sangat menguasai penonton,,
dengan tampang "Megelno ati"(membuat hati gundah),dan cara bicaranya yg arogan,
mengatakan bahwa dirinya "Wali",dan bisa buat cewek telanjang dengan cara
kedipan mata,,itu sudah cukup menegaskan bahwa doi dilahirkan di dukun anak
bukan di rumah sakit seperti orang pada biasanya.
namun doi sempat mengakui bahwa dia emng tampan,yg pada ujungnnya doi hanya
dibuat bulan2an teman2,pernyataan yg tidak perlu!!!!

mari merujuk ke susunan efek,,
susunan efek versa adalah Gitar>>Screamn blues>>GE-7>>marshal jcm 900



info from Facebook,,lgsung ke orangnya

post by - M.Santai

Senin, 06 April 2009

Blast From the Past: The Birthday Party (part 2)



Setelah merekam 6 lagu untuk album pertama pada satu studio, mereka malah tidak senang dengan hasilnya dan merekam side kedua enam bulan kemudian pada studio yang berbeda dengan produser Tony Cohen dan dari itu menambah gitaris Rowland S Howard. Rowland juga menciptakan classic hits ‘Shivers’. Setelah rilis dari ‘Door Door’ di klab Mushroom, The Boys Next Door berpindah ke label indie Missing Links Records untuk mini-album ‘Hee Haw’ tahun 1979 dan ikut manajemen pemilik Missing Links, Keith Glass (ex Cam Pact).

Kontak internasional Missing Links sebagai importir rekaman dan distributor juga label rekaman "butik" memungkinkan grup ini merencanakan karir internasional. Pada malam keberangkatan mereka ke Inggris mereka juga memutuskan mengubah nama mereka , dan meresmikannya dengan rilis single yang identik dengan pergantian namanya ‘Happy Birthday’. Kopi rekaman diberikan pada panggung perpisahan band ini pada Melbourne’s Crystal Ballroom bulan Februari tanggal 16, 1980. Pergantian nama mereka ke Birthday Party dan meluncurkan mereka ke masa inovasi dan penciptaan musik agresif. Mereka bermukim di Loncon, dengan perjalanan kembali ke Australia dan tour sepanjang Eropa dan AS. Sebelum pindah ke Jerman Barat pada 1982.

Di samping permainan yang nyaris tanpa panduan, vokal Cave menjangkau dari pasrah ke mengancam sampai kehilangan akal. Kritikus telah menuliskan bahwa "Bahkan John Cale atau Alfred Hitchcock tidak pernah semencekam ini ," dan bahwa Cave "tidak begitu bernyanyi karena ia mengeluarkannya dari dalam perutnya. Walaupun Cave berpanutan pada pionir rock and roll terdahulu; khususnya Iggy Pop dan Alan Vega dari suicide, nyanyiannya dengan Birthday Party tetap powerful dan khas.

Phil Calvert dipecat pada 1982; ia dilaporkan "tidak bisa memecahkan irama pada lagu 'Dead Joe' untuk kepuasan semuanya" , dan Harvey pun pindah ke drum. Ketika Tracy Pew dipenjara untuk mengemudi dalam keadaan mabuk dan aksi pengutilan juga pada 1982, Barry Adamson dan beberapa lainnya menggantikannya pada sesi rekaman dan pertunjukan . Tracy Pew bergabung kembali, namun meninggal beberapa tahun kemudian saat serangan epilepsi kronis.

Pada 1982 proyek sampingan dengan Lydia Lunch, Honeymoon In Red, merekam sebuah album yang pada akhirnya dirilis pada 1987. Harvey dan Cave dilaporkan tidak begitu puas dengan hasil mixing dan overdubbing yang keluar setelah keterlibatan mereka, sehingga mereka ingin nama mereka dihapus dari daftar nama kolaborator/liner. Howard dan Pew nampaknya tak berkeberatan dengan pencantuman nama mereka.

Pada 1983 Blixa Bargeld band jerman Einstürzende Neubauten memainkan gitar pada track "Mutiny in Heaven", ketegangan antara Cave dan Howard mulai terlihat meruncing. The Birthday Party bubar pada tahun 1983, karena perbedaan antara Cave dan Howard, dan pekerjaan dan juga kelelahan yang berhubungan dengan narkotik.

A shade of past: Lydia Lunch, way before Courtney Love there was her (PART 4 end)

Bagian 4


Selama tahun 1990an Lunch mendedikasikan energi kreatifnya dalam spoken word dan akting. Dia telah mengatakan dia memilih sifat langsung dari spoken word daripada bentuk seni lainnya yang telah dia eksplorasi. Trouser Press menandai bahwa "seberapa pun berbisanya lirik lagunya yang disa tercapai, [spoken word] format ini mengijinkan nya untuk mengambil langkah lebih jauh ke depan. kadang cerdas, lebih sering menyerbu dan tanpa henti , Ia melisankan observasinya tentang seks, kematian, Nilai - nilai kaum kelas menengah, dll., dengan gairah nihilistik , namun tiada pernah menawarkan poin - poin yang saling bertautan:" Semua yang ada di dunia ini payah,hanyalah sampah belaka."

Lunch menandai dalam wawancara dengan Jazziz, bahwa musik butuh untuk terus berubah untuk menjadi relevan. "Satu - satunya musik yang paling relevan saat ini, adalah musik yang secara sadar mengaburkan batas antara genre dengan niat untuk membuat sebuah bentuk lain. Kita tak perlu lagi jazz, rock, rap, pop, punk, atau soul," Lunch berkata. "Kita butuh bentuk mutant yang diperkaya oleh berbagai hiasan dan tambal sulam dari kawin-silang antar genre."

Arus baru materi tulisnya juga diterbitkan pada awal 1990an. Paling dikenal,adalah buku Paradoxia: A Predator's Diary, diterbitkan 1997. Tulisannya yang diterbitkan juga termasuk beberapa novel grafis dan konmik, seperti Toxic Gumbo dan Bloodsucker. satu - satunya usaha bermusiknya dalam dekade ini adalah EP pada tahun 1990 dengan Rowland S. Howard (ex-Birthday Party), dirlisi pada 1991.

Karir aktingnya pada dekade ini, Lunch terutama bekerja dengan Scott B and Beth B, pasangan pembuat film dijelaskan oleh Time's Richard Corliss sebagai "bekerja dengan New York new wave underground sejak the pertengahan 70an, direkam dan disorot pada Super 8 stock dan menayangkan hasilnya di klab malam punk ." Corliss tidak banyak berkata, terhadap penampilan Lunch. Ia menemukan bahwa karyanya dalam Vortex "tak sepadan" dan menandai "Keprimitifan Lunch seiring usahanya menghafal barisan kata - katanya."

Pada awal 2000an, Lunch mulai mengembalikan artistic focusnya pada musik. Ia melanjutkan tour, paling berkesan adalah saat mendukung Champagne, Cocaine and Nicotine Stains, sebuah EP karyanya dengan grup Anubian Lights. Ia meneruskan touring sepanjang musim semi 2004, ketika ia diundang untuk perform di Russia. disamping output produktifnya , kritikus telah anti dan malas untuk menyambut Lunch sebagai apapun lebih dari agen provokasi yang artistik. Seperti saat Ros Wynne-Jones mengobservasi dalam the Independent, "Kecuali dalam lingkaran hitam, Lunch sekarang utamanya sebuah catatan kaki dalam biografi orang lain.


Selesai

artikel ini
Oleh Linda Dailey Paulson
MusicianGuide

diterjemahkan oleh
S Abu Jammal

A shade of past: Lydia Lunch, way before Courtney Love there was her (PART 3)

Bagian 3


Queen of Siam adalah debut Lunch sebagai solo artist. Dirilis pada tahun 1980, ia "terbukti menjadi salah satu usahanya yang paling diakui ," tulis Huey, "sebagai band berikutnya , 8 Eyed Spy yang terpengaruh funk ." Group 8 Eyed Spy termasuk beberapa nama paenting dari No-Wave: George Scott (ex-Contortions bassist) dan Jim Sclavunos (ex-Teenage Jesus bassist pada drum), begitu juga Michael Paumgardhen dan Pat Irwin, yang telah bekerjasama dengan Lunch pada Queen Of Siam. " Lifespan dari group ini menata sebuah pola untuk perilaku Lydia's : bantuk band, bekerja dengannya sebentar, bubar setelah ada kata 'bosan'; enam bulan setelahnya beberapa piringan hitam akan muncul." kata Trouser Press. Publikasi ini menandai bahwa grup ini (8 Eyed Spy) adalah "Mungkin acme dari no wave group New York "

Pada Tahun 1982 Lunch mulai bekerja sama dengan beberapa grup, termasuk Nick Cave and the Birthday Party. Hasilnya adalah EP The Agony Is the Ecstasy. Proyek dengan Einstürzende Neubauten, anggota - anggota dari Sonic Youth, Die Haut, dan Marc Almond mengikuti. Rilis solo selanjutnya,"13.13", adalah, menurut Trouser Press, "seperti karya terdahulunya ... secara berturut - turut menarik,unik dan mengusik/berisik." Dengan Thurston Moore dari Sonic Youth dan Pat Place, Lunch merilis EP "In Limbo". Trouser Press menemukan bahwa six-track EP ini "Tipikal kasar, namun direkomendasikan untuk siapapun yang mempunyai masalah,menghadapi seluruh album yang berharga jeritannya."

Sebuah partnership musikal lainnya adalah bersama Jim "Foetus" Thirlwell, a.k.a. Clint Ruin. Proyek pertama mereka adalah remix rekaman sebelumnya, dan dirilis pada 1987. EP Stinkfist dirilis pada tahun 1989. Lunch mendirikan Widowspeak label pada 1985. Rilis pertama adalah langkah besar pertama dalam spoken word art dan eclectic back catalog -nya. Kompilasi best of "Hysterie" nya dirilis pada tahun 1986.

"Seiring 1980an berkembang, karya Lunch akan dibagi antara allegorikal (dunia buangan psikik yang terbakar dalam Honeymoon in Red, ramalan kiamat dalam Stinkfist) dan autobiografi penuh, dan penuh serangan , album spoken word seperti The Uncensored Lydia Lunch and Oral Fixation," tulis Press and Reynolds. "Penampilan solo vokal Lunch tetap koheren and dapat diurai,walaupun dalam titik puncak kemurkaan bertubi - tubinya."

bersambung

A shade of past: Lydia Lunch, way before Courtney Love there was her (PART 2)

Bagian ke 2


Lydia Koch, mengubah dirinya jiwa dan raga menjadi Lydia Lunch setelah ia drop out dari sekolah pada kelas sepuluh. Nama barunya, klaimnya, diambil dari kesediaan tanpa hentinya selalu membantu teman yang kelaparan. Lunch menyatakan bahwa penganiayaan seksual oleh ayahnya selama masa kanak - kanaknya adalah kunci dalam transformasi dirinya menjadi seniman yang dia ingin.

"Lunch telah berada dibawah kulit para pendengar dan menarik kulitnya sendiri untuk menguak proses morbid/sakit di dalam," tulis Joy Press dan Simon Reynolds dalam The Sex Revolts: Gender, Rebellion, dan Rock 'n' Roll. "Karya Lunch adalah arkeolgi dari pengenalan-diri, digali kembali melalui strata untuk menguak luka awal yang memaksanya untuk menjadi seniman.... karya[nya] adalah semacam alur serangan dari terapi: "Keluar dari sistem diri dengan menjejalkannya pada penonton."

Pada 1977 Lunch dan James Chance, pemain saxophone R'n'B, membentuk Teenage Jesus & The Jerks. "Teenage Jesus awal adalah sebuah niatan untuk mengingatkan new wave dari akar free-jazznya tulis Clinton Heylin dalam From the Velvets to the Voidoids: A Pre-Punk History for a Post-Punk World. "Bentuk dari free jazz/punk dikombinasikan dengan agresi punk dengan kebebsan struktural dari free jazz." Chance segera meninggalkan band dan membentukk The Contortions pada akhir 1977. Kedua grup band tersebut sering diasosiasikan dengan gerakan NO-WAVE.

No-Wave selalu dideskripsikan sebagai antitesis dari PUNK. Lunch sendiri telah menyatakan dia anti-punk , dan menjelaskan gerakan ini sebagai as "dissonansi diskordani (disharmoni yang campur aduk)dan keinginan untuk membasmi tradisi."Mungkin tidak ada kompilasi yang lebih baik mengilustrasikan gerakan singkat ini dari pada NO NEW YORK, diproduseri oleh Brian Eno dan dirilis pada 1978. "Semua 'no wave' band hanya self-destructed," kutip Lunch dalam sebuah wawancara dengan Heylin. "Mereka semua sangat blak-blakan dalam bermusik, penyampaiannya, poinnya dan mereka telah berakhir". Tapi ia bukan kematian yang prematur . Ia adalah akhir yang segera dan akurat. Mereka tidak memperluas batasan hidup-singkat mereka."

Ketika masih bersama Teenage Jesus, Lunch membentuk group Beirut Slump. Band ini merilis satu single dan merekam sebuah album. Lunch membuat debut pertamanya dalam akting pada akhir 1970an. Ia utamanya bekerja dalam film underground dengan set kecil sutradara, termasuk Vivienne Dick dan Richard Kern. Beberapa karyanya sengaja memlebarkan batas antara seni underground and pornografi.

bersambung

friendzinesby: A shade of past: Lydia Lunch, way before Courtney Love there was her (PART 1)


Lydia Lunch (terlahir Lydia Koch pada Juni 2, 1959 di Rochester, New York) adalah biduanita Amerika , penyair, sastrawan, and aktris.
Lydia Lunch mungkin lebih dikenal sebagai mantan lead vocal Teenage Jesus and The Jerks , tetapi ia juga dikenal karena penampilan provokatifnya yang telah mengilhami generasi musisi perempuan agresif lainnya. Penulis di All Music Guide, Steve Huey menjelaskan bahwa sepanjang karirnya, Lydia Lunch telah terdeskripsikan "sebuah sikap konfrontasi nihilisme baik dalam suaranya dan subjek tema kekerasan dan / atau berorientasi seksual ." Karyanya yaitu termasuk berbagai proyek rekaman dengan band-band seperti Birthday Party, Einstürzende Neubauten, dan Sonic Youth.

Lydia Lunch tidak menetapkan dirinya ke dalam bentuk seni apapun. Selain karyanya dalam musik, dia juga seniman spoken word performance, penulis, dan aktris. Dia berkata bahwa dia melihat dirinya sendiri sebagai "seorang jurnalis", yang menggunakan berbagai media untuk mendokumentasikan dystopia yang emosional masa kini
."Selalu konfrontasional".

bersambung

Minggu, 05 April 2009

friendzinesby: Fuddy Duddies compilation,surabaya Scene dream

Sebuah proyek tentang sebuah kompilasi yang nirlaba dan tanpa gimmick sponsor atau ditunggangi siapapun.Fuddy duddies ,sebuah istilah yang dipakai untuk menjuluki orang - orang ketinggalan jaman,terus terang saya tidak tahu apa dibalik filosofi ini,tanpa bermaksud sok tahu mungkin ini dipakai untuk menunjukkan bahwa Surabaya yang dianggap kolot dalam hal musik bawah tanah atau musik swadaya atau apalah..... bisa mempunyai musisi - musisi yang mendobrak stereotip itu.Lagipula, siapa sih yang memeberikan GodBless pada Indonesia,Siapa sih yang memberikan Dewa 19,Padi,Ari Lasso,Tic hingga cult band seperti Klepto Opera bahkan The Tielman Brothers untuk dunia. 20 track di piringan ini seakan menggambarkan apa saja yang terjadi Surabaya ini dari berbagai genre mereka dan bahkan mixing yang kurang atau pas menunjukkan keadaan finansial mereka. "Saya lebih concern dengan kualitas musik mereka,percuma kalau mixing dan kualitas sekelas dunia pun kalau tidak ada sesuatu yang bisa kita relate dari musik mereka,tidak ada soul dan semangat kebebasan dalam musik mereka,semangat mendobrak apa yang pakem dan mendominasi" kata Kuro,kurator kompilasi ini.

Track dibuka dengan talent baru yaitu Albert and The Products,dengan sound yang raw namun dengan beat - beat yang mengingatkan saya pada Tubeway Army/Gary Numan, dihiasi melodi keyboard yang catchy,Pathetic Appetite seakan menggambarkan kemuakan mereka dengan selera musik kebanyakan di negeri kita ini,disusul Anarchy Juice mengajak kita berpesta dengan cara "sang Raja rock n roll" dengan balutan punk ala Tiger Army,yeah psychobilly mereka bilang dengan kualitas tidak diragukan.Lalu XBetterMindX mengajak kita kembali bertamasya ke Washington DC dimana Ian McKaye masih merajalela dan Bad Brains masih mengejutkan dunia Black Movement,sebuah old School Hardcore yang benar-benar to the core dan to the point,dimana tak satu detik pun sia sia,Live Catastrophe seakan ingin mendeskripsikan bagaimana sebuah mosh pit dimotori oleh teriakan raw.Delayed Desire mengajak kita chaos dalam balutan electro minimalis nintendo 8 bit dan vokal yang menggerinda kuping,yeah grindcore plus 8 bit,Atari Teenage Riot makan tuh!kami punya yang lebih ekstrim bahkan judul yang ekstrim "Genital to Genital Connection,sebuah pornogrind 8 bit yang menghajarmu tanpa biaya tambahan.
Give Me Mona dengan lagu "Dusta" mengajak kita beromansa dalam balutan punk ,tentunya dengan melodi yang pop,easy catchy dan tanpa basa - basi,mereka menyebut diri mereka pop destroyer,dan inilah buktinya. Heavy Monster veteran ska surabaya yang sudah lama disini dan sebagai garda depan ska surabaya mengajak kita cooldown dan merangkulan bersama dan berpogo dalam "One Message One Love", menggambarkan visi mereka tentang perdamaian dalam dunia ini dengan cinta dimana - mana.



Hi Mom sebuah band baru yang terbentuk 2006 dengan sound european ala MEw dan distorsi 90an yang meruang dan formasi klasik Smashing Pumpkins dan Misi ekologi dalam "M for Massacre" sebuah ode untuk hewan - hewan terancam punah yang mati dalam perburuan tanpa makna atau pohon - pohon yang ditebangi demi kepentingan industri yang tak ada habisnya yang akhirnya menyebabkan kekacauan alam dan pembantaian segala aspek hidup di bumi ini,Hi Mom begitu pas menggarapnya dan sincere.Track berikutnya adalah "Pretend To Cry" dari Kick Larry ,talent baru pop punk yang sedikit mengingatkan kita pada Fall Out Boy namun tak semudah itu untuk mendengarkannya,anda akan mendengar gabungan emosional Christie Front Drive dengan Sunny Day Real Estate maupun Mineral, agresi melodik seperti Blink 182 atau New Found Glory. Disusul Mooikite dengan "I am led by Alien" menunjukkan walaupun mixingan tak sesempurna sebuah radio qualified tapi kulaitas tak kalah dengan band - band seattle jaman dahulu,dengan progresi chord yang butuh pemikiran lebih dari 2 minggu menunjukkan mereka memang dipandu alien untuk musik mereka.



Meluncur ke dunia galau yang atmosferik mengingatkan kita pada icelandic sound dan distorsi 90's shoegaze dalam "I live At The Mazzy" oleh Others,mereka menunjukkan bahwa tanpa vokal bukan berarti tanpa nyawa. Disusul dengan anthem rebellion atas pengekangan disetting di masa - masa perang dingin di jerman Timur dan Barat,Papa Onta Cult ingin menggambarkan bahwa sebuah tembok tak bernyawa bisa merenggut banyak nyawa,dibalut suasana muram manchester 79 dan frantic scream yang menunjukkan Joy Division sebagai influence mereka namun sayang mixing kali ini belum bisa memberikan banyak nuansa,karena memang masih belum dimix secara tuntas.Perfection Through Silence, sebuah band screamo ala Saosin dan Saetia, memberikan perlawanan penuh mereka lewat "silent Anthem" dan tak seperti screamo biasanya,kamu akan bisa mendengar nuansa Iron Maiden disini ,langkah kreatif yang berani.

Plester X, veteran streetpunk surabaya dengan tema - tema skin dan oi dalam lagu mereka,hendak menunjukkan pentingnya mendapat pekerjaan dan menjadi kebanggaan keluarga dalam "Family Pride" tanpa basa - basi. Samson And Delilah memberikan kita sebuah alasan untuk membolos kuliah karena kelamaan menunggu pacar dan ban kempes menjadi sebuah alasan yang diijinkan,dalam "Malas Kuliah" melodik punk yang to the point dan menunjukkan apa itu harmoni dalam sebuah musik punk.Nuansa hampir gila dan menghanyutkan dalam "Blur Sounds Good" oleh Smell Street mengingatkan kita pada Jim Morisson dan raungan gitar sekeras metal,sebuah kombinasi yang pas apalagi ditambah substansi asing.

Telaga bermusik dan bercerita dalam "Sayur Di Ladang" memberikan gambaran pedesaaan ramah dan sebuah perjalanan kereta yang dihiasi pemandangan sawah, dipadu sound seperti Pearl Jam dan bahkan Sunny Day Real Estate,terdengar tulus dan bersahaja,tanpa pretensi. The Flinstone menambah daftar melodik punk di kompilasi ini, namun tak sekedar sebagai asesoris,mereka memberikan sepadan atas band - band di atas dengan "Happy With Flins". Disusul Nobodies dengan tembang "Every Minute Every Boring" membuktikan bahwa agresi pemuda sonic dan beat post punk revival tidak membuat mereka semakin membosankan tiap menitnya. Saya pun kaget saat backsound berupa dialog film yag kelihatannya diambil dari salah satu karya Hitchcock mendadak digempur raungan gitar dan vokal death core dimotori drum yang mengajak headbang ,Titik Koma memberikan kekerasan dalam "Silent Killer".

Terakhir namun tidak main - main dan memang tidak main - main,Under My Throat memberikan kita pelajaran Math tidak membosankan lagi lewat Mathcore - metal mereka "Transkipsi Malaikat" ,beat drum yang rumit dan permainan gitar yang membutuhkan kelenturan jari tingkat tinggi,uahhh ini bahkan membuat otak saya meledak bahagia. Dan inilah akhirnya ,20 track yang kira - kira bisa mendeskripsikan keadaan dan talent yang mungkin belum tersentuh spotlight nasional dengan distribusi hand-to-hand bahkan biaya pembuatan bisa defisit namun dapat terus jalan dengan donasi tanpa henti,sebagai bukti bahwa kepedulian terhadap scene dan musik saudara seperjuangan tak pernah mati di Kota Pahlawan ini,sebuah misi mulia demi menyebarluaskan semangat perlawanan dan bukti bahwa perlawanan tak perlu merisaukan uang yang keluar tapi saudara baru yang didapatkan dari kompilasi ini.

PS: kompilasi ini dapat didapatkan lewat download via rapidshare atau hubungi langsung KURO di 085655222568
DOWNLOAD Fuddy_Duddies1
DOWNLOAD Fuddy_Duddies2

Post by S.Abu Jammal

Rabu, 01 April 2009

friendzinesby: Blast From the Past: THE BIRTHDAY PARTY





1980, pasca kematian ikon terpenting musik punk/post-punk di manchester,banyak bermunculan band2 yang sejenis,mengedepankan beat krautrock dan disco, dengan lirik gelap,tentang kebobrokan dunia ataupun masalah cinta yang tak kunjung usai.Band - band tersebut antara lain: Section 25,Wire,The Chameleons,Gang Of four,Magazine,The Fall,Pere Ubu,Polvo,The Sounds,dll.

Adapun di suatu benua nun jauh disana,tersebutlah sekelompok anak muda dari suburban Melbourne, Australia yang bersekolah bersama di Culfield Grammar School,di tahun 1973 membentuk rock band dengan anggota Nick Cave (vocals), Mick Harvey (guitar), and Phill Calvert (drums), dengan murid lain pada guitar, bass and saxophone. Kebanyakan adalah anggota paduan suara sekolah. Band ini bermain dengan nama berbeda dan fungsi berbeda di tiap kesempatan acara dengan pre-punk repertoire dari David Bowie, Lou Reed, Roxy Music, Alice Cooper dan the Sensational Alex Harvey Band diantara lainnya.



Setelah tahun terakhir mereka pada tahun 1975 band ini memutuskan melanjutkan dengan teman mereka Tracy Pew sebagai pembetot bass. Dengan pengaruh kuat dari ledakan global punk pada 1976 yang menelurkan band Australia seperti The Saints and Radio Birdman membuat rekaman pertama dan tour - tour,The Boys Next Door, setelah sekarang mereka disebut mulai menampilkan nomor punk dan proto-punk cover version, seperti "Blitzkreig Bop" dan "Gloria", dan beberapa materi asli. Sejak November 1977 set mereka didominasi oleh materi new wave original yang cepat seperti "Sex Crimes" dan "Masturbation Generation"



Rowland S. Howard bergabung di 1978, pada saat ini pula, gaya bermusik mereka pun berubah.Penambahan permainan gitar Howard sungguh sebuah katalis ( penggunaan feedback audio pada gitar kelak akan menjadi ciri khas group ini) Namun ada perubahan lainnya yaitu: sound mereka mulai bervariasi tak sekedar punk namun, rockabilly, free jazz dan blues paling mentah, dan bias dalam kategorisasi. Banyak lagu didominasi bassline repetitif dan menonjol dan irama drum yang seperti Gene Krupa(seorang drummer american jazz pada tahun 50an dan komponis) yang marah. Walaupun band ini sangat sering berlatih, instrumentalis band ini sering terdengar seperti akan pingsan, kualitas ini mempertajam mania baru dari gaya bernyanyi Nick Cave's dan lirik ekspresionisnya. Producer/engineer Tony Cohen ternyata seorang yang cocok dan berkemauan atas eksperimentasi mereka dan penolakan mereka atas mengulangi lagi dan manajer Keith Glass juga ternyata antusias sekali sebagai tulang punggung ekonomi. Label Glass yaitu Missing Link Records merilis semua dari rekaman awal Birthday Party.

Bagian 1 habis

S.A Abu Jammal

friendzinesby: THE HOLY MOUNTAIN



Despite what you may have heard, "The Holy Mountain" is more absurd than surreal, more funny than disturbing. Don't worry if your tarot cards are gathering dust and you can't remember the difference between wands and swords--such occult knowledge might help you achieve a few "Oh I get that!" moments during the middle of the film, but the heaps of blatant symbolism aren't really the point. In fact, it may just be that the point is: there is no point. When you see a fat man dressed as the Virgin Mary handing out crucifixes under a sign that says "Christs For Sale", you can rack your brain trying to figure out what kind of statement that makes about society--or you can laugh. When you witness "The Government" indoctrinating children with a hatred for the nation of Peru by printing up comic books called "Captain Captain Against The Peruvian Monster", you can lament the plight of innocents being manipulated for selfish ends--or you can laugh! This film bombards the viewer with outlandish images and juxtapositions like these in rapid fire throughout, so it's easy to get bogged down or confused or numb. The secret to appreciating it all is to come prepared to chuckle--some things you'll "get", some things you won't, but most everything is twisted and absurd and, in some way, funny. Now when you get to the end and Jodorowsky winks at you, you can wink right back.

Basically, if you can appreciate absurdity and profundity and the absurdity of profundity (not to mention enormous, colorful sets), you'll find a lot to like here.

PS: If you do like "The Holy Mountain", head down to your local comics shop (or browse over to your favorite book/graphic novel e-tailer) and pick up a couple of volumes of "The Incal" or "The Metabarons", both of which were also written by Jodorowsky. They're like this movie--every bit as garish and violent and thought-provoking and funny--but they have actual plots (epic space-opera plots, no less).

ambil dari IMDB mek butuh komen,entar kalo sempat tak nulis review yang beneran



friendzinesby: "Kicked Out!! on world music day"



"Kicked Out!! on world music day" adalah gig yang diadakan oleh temen-temen clubautis yang berkerjasama dengan BEM jurusan Bahasa Inggris melalui divisi English for Fun untuk memperingati hari musik dunia yang jatuh pada 21 Maret. Tema "Kicked Out!! on world music day" muncul karena gig ini diadakan di hidden village; UNESA Lidah, dan keberadaan Clubautis di Fak. Bahasa dan Seni UNESA yang terbuang dan selalu diremehkan dan dijauhi.

Gig ini berkonsep kolektif a.k.a urunan or patungan. Band seperti Kelly 'n Weekend Project, Papa Onta Cult, Mooikite, My Father is John, Deskrisi Sebuah Mahasiswa, De Morte, dsb., bergantian tampil untuk meramaikan suasana. Gig ini memang berasaskan Persatuan Indonesia dan lebih khususnya persatuan band swadaya Surabaya. Jadi, gig ini murni alias non-profit.

Gig ini juga menampilkan musik lintas genre. Ini adalah misi yang diemban clubautis agar manusia hidup bebas tanpa terkotaki oleh sekat-sekat yang tidak jelas. Mekar Jaya Abadi membuka acara dengan genre hip-hop. Lalu ada Pingpongdash dengan power pop disertai tinut-tinut alias keyboard. Kemudian Mooikite dengan experimental grunge. Papa Onta Cult dengan post-punk. Deskripsi Sebuah Mahasiswa, yang vokalisnya tampil mengenakan kostum monyaet, dengan metal core. Hingga, Kelly 'n Weekend Project dengan progresif vintage-nya. Pokoknya pengunjung maupun band-band terpuaskan dan tidak boring.

Di tengah gemerlap 'prestasi', ternyata acara ini bukan tanpa cacat. Banyaknya performer membuat kalang kabut temen-temen clubautis. Seperti penjagaan parkir yang akhirnya harus dijaga langsung oleh temen-temen clubautis, atau dikuncinya gedung fakultas yang mengakibatkan pengunjung atupun performer harus kencing sembarangan, sampai foto-foto dokumentasi yang hilang gara-gara mmc kamera rusak. Juga, sempat dikejutkan oleh isu bahwa gig ini masuk salah satu koran lokal dan tertulis bahwa ini acara temen-temen Desgraf UNESA (meskipun kebenaran berita ini masih dicari hingga sekarang, tapi, benar atau tidak, ini adalah acara Clubautis dan Jurusan Bahasa Inggris UNESA dan temen-temen band swadaya, karena ini pake uang mereka dan temen-temen yang tampil).

Namun, itulah pahit manis di "Kicked Out!! on world music day". Apapun yang terjadi, setidaknya acara ini membuktikan bahwa dimanapun, kapanpun, musik akan tetap bergema. Meski banyak yang bilang bahwa UNESA Lidah adalah tempat terpencil, toh, acara ini tetap dipadati pengunjung.nih LIIIIIAAATTTTTT!!!!!!




-----------\\-------------
liputan ini dipersembahkan oleh clubautis unesa dan terima kasih untuk Ryan Kakakite untuk karya tulisnya.



Kami tunggu liputan selanjutnya

S.A Abu Jammal